OFFICIAL WEBSITE OF BEM FISIP UNUD

Tuesday, December 13, 2016

Jangan Biarkan Indonesia Meredup

Jangan Biarkan Indonesia Meredup

“Jangan berperang satu sama lain. Jangan membunuh bangsa sendiri. Jangan biarkan Indonesia meredup.” – Gede Pasek Suardika, Mantan Ketua Komisi III DPR RI.

Indonesia membutuhkan waktu yang lama untuk merdeka sebab masyarakatnya dikatakan mudah untuk diadu domba. Kelemahan utama bangsa ini adalah bagaimana bangsa ini mudah dipengaruhi, dihasut untuk saling membenci.

Setelah merdeka-pun, terjadi gerakan-gerakan saling membenci antar suku, antar partai politik, antar institusi, antar wilayah bahkan antar supporter bola. Dan, isu yang sangat sensitif akhir-akhir ini yaitu isu agama.

Dikaitkan dengan kasus yang terjadi belakangan ini. Bangsa Indonesia malah seperti sedang mengalami dilema yang sama “lagi dan lagi”. Kasus yang menimpa Gubernur non-aktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengenai tuduhan penistaan agama dan aksi 212 seperti menyadarkan bangsa ini bahwa : Ada apa dengan Indonesia?

Dalam laman berita online, cnnindonesia,  Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa tantangan utama yang dialami pertahanan Indonesia adalah proxy war (perang tidak tampak). Saat dimana masyarakat Indonesia dicekoki dan di adu domba satu sama lain oleh pengaruh asing. Dan praktik ini sesungguhnya memang sudah berlaku sejak lama, sejak jaman kolonial Belanda.

Perbedaannya, di jaman globalisasi seperti sekarang, medsos (media sosial)-lah yang mempercepat perpecahan itu sendiri. Dalam laman berita online news.detik, Wakil Direktur Reserse Kriminal Khusus (Reskrimsus) Polda Metro Jaya AKBP Hengky Haryadi mengatakan bahwa hasutan dari media sosial mempercepat eskalasi konflik. Statement Hengky Haryadi tentunya berdasarkan kasus-kasus yang belakangan ini banyak bermunculan. Salah satunya adalah kasus bentrok warga di Tanjung Balai Sumatera Utara Juli 2016. Melalui medsos, agresivitas sekelompok orang tertentu mudah dibangkitkan, yang pada akhirnya berakhir dengan bentrok. Media sosial seperti pisau bermata dua. Memudahkan sekaligus memprihatinkan saat medsos menjadi media penyebaran kebencian dan provokasi yang mengarah pada isu SARA.

Kami mengkaji bahwa, tantangan terbesar Indonesia sesungguhnya adalah rasa saling curiga dan kanibalisme atau rasa saling ingin memakan satu sama lain antar masyarakat. Masalah terbesar Indonesia bukan di toleransi masyarakatnya yang rendah, namun sifat mudah terpengaruhi-nya yang tinggi. Padahal bangsa kita adalah bangsa yang besar.

Masyarakat Indonesia perlu sadar bahwa mereka adalah bagian penting NKRI. Besar atau kecil. Organisasi ataupun individu. Mereka tetap jadi bagian dari NKRI. Rapuh sedikit saja, dapat membuat NKRI tak lagi utuh dan sekuat sebelumnya.

Sebagai bangsa yang cerdas, di momentum Hari Kesatuan Nasional yang tepat jatuh hari ini, 13 Desember 2016, masyarakat Indonesia harus bersatu. Berperang melawan proxy war tidak lagi dengan otot dan emosi namun dengan otak dan empati.

Seperti ucap Mantan Ketua Komisi III DPR RI dalam Seminar Nasional Pilar Kebangsaan Pancasila, UUD45, NKRI, Bhineka Tunggal Ika Indonesia Bersatu, Beragam Warna, Berjuta Karya, bangsa ini perlu untuk tidak berperang satu sama lain dan tidak membunuh bangsa-nya sendiri. Indonesia harus bersatu. Jangan biarkan rasa kesatuan meredup. Jangan biarkan Indonesia meredup.

Selamat Hari Kesatuan Nasional!

Salam Kolaboratif
Unity to Glory! FISIP!!
Departemen Kajian Aksi Strategis dan Pengabdian Masyarakat
BEM FISIP Universitas Udayana
Kabinet FISIP Kolaboratif


Share:

Saturday, December 3, 2016

Lambang BOM


Share:

Wednesday, November 9, 2016

DILEMA GELAR PAHLAWAN



       Dilema Gelar Kepahlawanan


“Tidak harus berdarah-darah untuk dapat disebut sebagai seorang pahlawan.”
 – anonim.

Hari ini Indonesia memperingati Hari Pahlawan yang jatuh setiap tanggal 10 November setiap tahun-nya. Tepat hari ini, masyarakat Indonesia kembali mengenang perjuangan Revolusi Nasional Indonesia yang dikomandoi oleh Bung Tomo yang gugur kala itu. Namun, Bung Tomo malah baru mendapat gelar Pahlawan Nasional-nya pada tahun 2008 lalu. Ini seperti dilema bagi gelar kepahlawanan di Indonesia.

Gelar Pahlawan Nasional Indonesia diidentikkan dengan pejuang-pejuang pada jaman Belanda yang fotonya ditempel di dinding kelas ataupun yang diajarkan oleh guru di sekolah. Pahlawan Nasional dianggap sebagai orang-orang yang ikut berperang dan berdarah-darah di jaman penjajahan dulu, seperti Pangeran Diponegoro, Pangeran Antasari dan yang lainnya.

Dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, Dan Tanda Kehormatan (UU No. 20/2009) dikatakan bahwa Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada Warga Negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia. Gelar tersebut diberikan oleh presiden, ditegaskan dalam Pasal 32 UU No. 20/2009.

Namun, UU tersebut kemudian menjadi perhatian sebagian kalangan dalam beberapa tahun belakangan. Dalam laman kompasiana.com, terdapat beberapa tokoh yang pada akhirnya dipermasalahkan pemberian gelar kepahlawanan-nya. Salah satunya R.A. Kartini. Banyak orang menilai R.A. Kartini tidak berhak diberi gelar kepahlawanan, karena Kartini tidak ikut berperang dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Padahal Kartini dengan sangat jelas berjuang untuk pendidikan para wanita Indonesia. Tanpa Kartini wanita Indonesia tidak akan bisa bersekolah layaknya pria.

Lalu pengajuan gelar kepahlawanan Mantan Presiden Kedua Indonesia, Soeharto pada Mei lalu. Banyak pihak yang tidak setuju dengan pemberian gelar pahlawan kepada beliau. Jasa-jasa beliau dirasa belum pantas untuk diberi gelar kepahlawanan. Padahal hanya saat pemerintahan Soeharto-lah, Indonesia merasakan swasembada beras.

Kenyataan lain adalah dua proklamator kebanggaan Indonesia Soekarno-Hatta, baru mendapatkan gelar kepahlawanan-nya pada tahun 2012. Lalu tokoh-tokoh lain yang seharusnya mendapat gelar kepahlawanan seperti W.S. Rendra yang telah berjasa di bidang seni dan sastra, Rudi Hartono yang mengharumkan nama Indonesia dalam bidang olahraga internasional, dan tokoh-tokoh lain yang berjasa dalam bidangnya sendiri.

Setelah dikaji dari hal tersebut diatas, di jaman modern seperti sekarang ini, sesungguhnya pemerintah tidak dapat membuat seseorang sampai berdarah-darah dulu untuk membuat ia dapat diberi gelar sebagai seorang Pahlawan Nasional. Banyak pihak menyayangkan isi dari Keppres dan UU tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Karena menurut UU tersebut, gelar pahlawan hanya diberikan kepada orang-orang yang telah tiada ataupun gugur di medan peperangan. Padahal arti pahlawan sendiri memiliki makna yang begitu luas dan pemberian gelar ini penting sebagai motivasi pada generasi berikutnya agar terus berjuang. Tidak peduli bahwa mereka masih hidup atau tidak, dengan gelar tersebut masyarakat dapat menghargai pribadi-nya dan bukan hanya jasa-nya.

Jika diartikan secara harfiah, kata Pahlawan berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu phala-wan yang berarti orang yang dari dirinya menghasilkan buah (phala) yang berkualitas bagi bangsa, negara, dan agama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan diartikan sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran ; pejuang yang gagah berani.

Jika ditarik dari definisi pahlawan itu sendiri, pahlawan sesungguhnya tidak melulu tentang orang yang telah tiada. Pahlawan yang sesungguhnya adalah orang-orang yang berjasa untuk memajukan negeri tanpa mengharapkan imbalan apapun. Mereka yang rela mengorbankan jiwa dan raga untuk kemajuan negeri, karena ancaman Indonesia kini tidak melulu tentang perang dan perjuangan memperebutkan kemerdekaan, namun ancaman SARA, HAM, permasalahan lingkungan dan lain lain.

Tidak harus berdarah-darah untuk dapat disebut sebagai seorang pahlawan. Masyarakat perlu meningkatkan awareness mengenai isu-isu kemanusiaan dan berusaha membantu menyadarkan masyarakat kecil untuk keluar dari belenggu penjajahan mental dan kapitalisme. Dan yang dominan memegang peranan tersebut adalah bagaimana mahasiswa memiliki cukup pengetahuan dan idealisme mengenai hal tersebut. Sayangnya, mahasiswa kini sedang berada di dalam zona nyaman dan aman sehingga potensi mereka untuk dapat menjadi pahlawan terancam berkurang.

Seperti kutipan Bung Karno yang fenomenal dan selalu dikutip disetiap Hari Pahlawan tiba, bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai jasa para pahlawannya. Kutipan dari anonim tersebut diatas, juga harus dapat di sadari oleh pemerintah dan masyarakat.  Kita tidak perlu hal besar untuk menghargai dan dihargai, segalanya dapat dimulai dari hal kecil yang bahkan tidak kita sadari.

Selamat Hari Pahlawan!

Salam Kolaboratif
Unity to Glory! FISIP!!
Departemen Kajian Aksi Strategis dan Pengabdian Masyarakat
BEM FISIP Universitas Udayana
Kabinet FISIP Kolaboratif



Share:

Sunday, October 30, 2016

FORM PENDAFTARAN ANGGOTA MUDA BEM FISIP UNUD 2016


Formulir Pendaftaran bisa didownload disini
Share:

Thursday, October 27, 2016

APA YANG SUDAH KITA KERJAKAN ?

Apa yang Sudah Kita Kerjakan?



“Beri aku 1.000 orangtua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya.
Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” – Bung Karno

Hari ini 28 Oktober 2016, diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda merupakan tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Isi Sumpah Pemuda ; Pertama, Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kedoea: Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Ketiga: Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia. Dibacakan oleh perwakilan Pemuda/i dari seluruh Indonesia pada waktu Kongres Pemuda yang kedua di Waltervreden (sekarang Jakarta) pada tanggal 27-28 Oktober 1928. Ikrar tersebut merupakan hasil Kongres yang dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia, “tanah air Indonesia”, “rakyat Indonesia”, dan “Indonesia”.

Dikutip dari pernyataan fenomenal Bung Karno diatas, pemuda ditafsirkan sebagai kekuatan potensial yang dapat mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin. Pemuda memiliki peran yang amat penting, yaitu sebagai pelopor perubahan. Sebagai pelopor perubahan, pemuda memerlukan roh dan semangat yang akan menjadi landasan utamanya. Hakekatnya, roh dan semangat yang dapat menggerakan pemuda untuk bangkit melawan penindasan adalah jiwa nasionalisme. Dikutip dalam artikel yang dimuat dalam laman kompasiana.com, tujuan nasionalisme adalah mengangkat harkat, derajat, dan martabat kemanusiaan setiap bangsa untuk hidup bersama secara adil dan damai tanpa diskriminasi di dalam hubungan-hubungan sosial.

Sumpah Pemuda mengguncang dunia karena jiwa nasionalisme pemuda yang tinggi pada jamannya. Bagaimana dengan pemuda masa kini? Setelah dikaji dari beberapa sumber dan situs berita online, ada beberapa realitas sosial yang terjadi pada Pemuda Indonesia yang membuktikan telah terjadi degradasi jiwa nasionalisme pemuda jaman sekarang :

·         Pemuda cenderung pasif dan apatis terhadap isu sosial

Berbagai permasalahan terjadi di Indonesia. Mulai dari kasus politik seperti korupsi ataupun masalah lingkungan seperti pembakaran hutan ilegal. (sumber : detik.com). Sebagian besar pemuda di Indonesia memilih untuk diam dan cukup tahu saja. Realitasnya sebagian besar pemuda berprinsip “toh suara kita tidak akan didengar”.

Budaya korupsi yang mulai mengakar di Indonesia-pun perlahan-lahan dianggap menjadi sesuatu yang lumrah. Sebagian besar pemuda mengatakan “toh semuanya memang seperti itu, susah merubahnya”

Prinsip-prinsip seperti itulah yang membuat Indonesia seperti digrogoti oleh penyakit dari dalam, pemuda-nya yang apatis dan pasif.

Kondisi ini terlihat semakin parah karena belum terdapat pembaharuan atas pemahaman dan prinsip nasionalisme dalam diri Pemuda Indonesia. Jika kondisi dilematis itu tetap dibiarkan, bukan tidak mustahil degradasi nasionalisme akan mengancam generasi muda sebagai penerus bangsa.

·         Pemuda yang ke ‘barat-baratan’

Jika yang pertama merupakan masalah dari dalam, masalah ini dianggap sebagai serangan dari luar. Sejumlah pemerhati sosial menilai prinsip nasionalisme dalam diri pemuda Indonesia pada umumnya telah mengalami degradasi dan hal ini diakibatkan oleh terus menerus tergerus oleh nilai-nilai dari luar. (sumber : kompasiana.com)
Misalnya seperti kasus Awkarin, dimana ia mengunggah konten yang tidak baik bagi tumbuh kembang anak secara masif karena ia termotivasi melihat gaya pacaran orang barat. (sumber : m.liputan6.com)
Hal tersebut membuktikan bahwa sesungguhnya Pemuda Indonesia pada umumnya belum sadar akan ancaman arus global yang terus menerus menggerogoti identitas bangsa tanpa memberi filter terlebih dahulu.

Dari kajian yang kami buat tersebut, kami menyimpulkan bahwa Indonesia ibarat sedang mendapat serangan dari luar maupun dalam. Kami berharap, dengan adanya momentum Hari Sumpah Pemuda ini, Pemuda Indonesia dapat meluangkan waktunya untuk duduk diam, merenung, menjawab beberapa pertanyaan ;

“Apa yang sudah pernah saya kerjakan untuk Indonesia?”
“Apa yang sedang saya kerjakan untuk Indonesia?”
“Apa yang akan saya kerjakan untuk Indonesia?”

Kemudian, mereka dapat menyadari arti penting dirinya bagi Indonesia sehingga dapat membuat komitmen mengenai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Salam Kolaboratif
Unity to Glory! FISIP!!
Departemen Kajian Aksi Strategis dan Pengabdian Masyarakat
BEM FISIP Universitas Udayana
Kabinet FISIP Kolaboratif


Share:

Kelompok LKMM-TD FISIP UNUD 2016


KELOMPOK LKMM-TD FISIP UNUD 2016

KELOMPOK 1
No
Nama
1
Kadek Elma Yulia Dewi
2
Putu Shaunney Tjung
3
Ni Made Nadhya Karuni
4
I Gede Sumitra Jaya
5
Mathyas Feryant Saragih
6
Fahira Maulida
7
Markus Valentino Ferdy Tukan
8
Desak Made Trisna Juliantari Dewi
9
Alfin Septian Kuddus
10
Ni Komang Tri Mardani
11
Resa Erien Maulana
12
KADEK ARYA TEDDY SUJAYA
13
I KADEK DARMAJA PUTRA
14
I NYOMAN DHARMA PUTRA
15
I GST AGUNG ADI PUTRA WIJAYA
16
RATIH SAPTANDARI
17
Putu Yunia Andriyani
18
Glenkevin Morrison Joshua
19
Yusma Ayu Sekaringtyas
20
Putu Gede Damarrupa
21
Dian Berdianti
22
Hernanda Kartika
23
I Made Krisna Satria Dwipayana
24
Dewa Ayu Agung Dewi Gili Amrita
25
Alexandra
26
I Gusti Ayu Diah Pramesti
27
R. Agung Rezky Bagus Wicaksono
28
I Dewa Ayu Inggra Swathy
29
Komang Gina Pebriyanti
30
Yuni Indah Butar-Butar
31
Siti Basrah Hamidah
32
Nurwulan Intan Palufi
33
Ronald Andreas
34
I Putu Gede Jasena Prahma Tamala
35
I Gusti Ayu Sintya Dewi Suteja
36
Erina Rosa
37
Putu Fhanny
38
Ilham Azhimi Pradhananta
39
Alfianus Fridolin Girwan
40
DewaGedeAgungPanjiPinatih
41
Ni Putu Ayu Adika Sari
42
Ni Wayan Rahayuni Yodisari
43
Tjok Istri Cempaka Triana Putri
44
Reynaldo Leiro Kasipmabin
45
Komang TrianaWulandari
46
Septiana De Jesus Neri
47
NI LUH KADE TRISNA DEWI
48
GHIYATS FIQRI ALAUDDIN
49
NI LUH MADE INTAN SAPTIARI
50
NARARYA PRASETYA PUTRA
51
NATASHA ALTHEA FINDIARNI
52
NI PUTU SRI VENI RUKNINGSIH
53
ASPI NUR AROYANI
54
NI MADE FINA PRADNYANI P
55
Putu Vita Lokasari
56
Ni Wayan Sri Upayoni



KELOMPOK 2
No
Nama
1
GustiAgungPutuDita Indah Sari 
2
Ida AyuGedeKartika
3
TulusParsaoranSihombing
4
AulyaOlgina
5
DewaAyuNovitaDewi
6
I KadekDoniKristiawan
7
Ketut Bella Tarini
8
Ni Putu Eva Oktariani
9
Marlina Elisabeth Hasibuan
10
Ni NyomanSintia Maharani
11
Ni PutuKusumaWardani
12
NI MADE NITA LESTARI
13
GEDE SAI SANKARA PRATIKA
14
SAYU PUTU SRI ARTASARI
15
I GUSTI NGURAH NYOMAN ADI PURNAMA
16
Asla Eva Setya
17
Baiq Sisca Rahayu Novani
18
Hairunnisa Widiasari
19
I Gusti Komang Juliana
20
Wahyu Mutiara
21
Fiqa Annisa
22
Ni Made Mahindri Sadyani Putri
23
Ni Made Sri Pradnya Wati Sudiarta
24
Cynthia Novita Sari
25
Luh Ning Widiyanti
26
Diyas Putri Kumala
27
Ni Luh Putu Wulandari
28
Restu Aditya I Gede
29
I Gusti Ngurah Guna Wintara
30
Nabila Nurfatin
31
Hosea Stefan Paulus
32
Kadek Ivan Jordi
33
I Gede Adhi Dharma
34
Ni Nyoman Kharismadiani
35
Pande Try Radha Dewi
36
Made Prajadhita Astuti
37
I Made Adhi Purwa Sasmita
38
Ketut Arie Bagas Kara
39
Patricia Gracia Amin Nino
40
Ni WayanSeruniSetyadnya
41
Ni KomangAnggreniAprilia
42
AbimanyuKusumoNegoro
43
CrishnaSembada
44
I KetutRaharja
45
YunestaEkaPratiwi
46
Indah PutriSinaga
47
ERICK FEBRIANTO  
48
           AMELIA OCTAFITRI            
49
A A GEDE SURYA WIJAYA
50
NI LUH GDE MIA DIAN TRISKA
51
AUDRIE ZEKHA ZIPAWIKACITRA A
52
I PUTU REZA PASHA MARANEKA
53
NI LUH SRISAKA UTAMI
54
NI KOMANG AYU RAHAYU N
55
Eka Dharma Kusuma
56
Ni Made Ayuningsih



KELOMPOK 3
No
Nama
1
KomangAyuHartajaya Devi GN
2
DwiNurcahyani
3
GhifariYorgaPraditya
4
A.A NgurahRameswaraSuryawaman
5
Ni Kadek Devi Darmayanthi
6
Ni Kadek Yoni Enjels
7
Yuda Ike Nurdiana
8
AnnisaRosdianaKurdiaDewi
9
Sang AyuPutuDili Maharani
10
KadekAyuFerbriantini P.
11
Ni LuhPutuYunitaSriandewi
12
Made DarmayanthiKusumaDewi
13
LIDYA JOLANDA MEUTIA KALE 
14
NI PUTU HENY MEITRIYANTI
15
NI LUH SRI ARIANI
16
I MADE INDRA PRAMANA
17
MARIA ROSAMISTICA LALU
18
Sasmandanu Adhi Prasetyo
19
Dewi Nandini Aryawan
20
I Gusti Ayu Maheni
21
Ida Ayu Gita Phalasukma
22
Radinda Annisa Rachmad
23
Michael Yosafat Ning
24
Jocelyn Williams Savarino
25
Ni Made Monik DwiArtha Cahyani
26
Ni Komang Arie Rahayu
27
ZumratulHaryani
28
SitiHusniNirwanaHidayati
29
BagusAdithyaMahaputra
30
PutuIntanSwariDewi
31
Ni KetutRaiPurwati
32
LifiSaroinsong
33
MargaRetthaYulianaPuspita Sari 
34
PutuKrisyudeaDafara Putra
35
I PutuSatya Kama
36
DEJAN JOSHUA HEIN WENAS
37
DEWA AYU PURNAMI AZHARI
38
RIA AGNES NINGWULANSARI
39
NI KETUT DHARMAYASASWINI
40
I GUSTI MADE ARI PUTRA S          
41
IDA AYU PUTU CITTA MANDALA K
42
NYOMAN GEDE RIKY TERESNO L
43
RIFQIKAH DURROTUL HIKMAH
44
Sri Yulia Wardani
45
Kadek Yudha Dani Praditya Rusdiantha
46
Imanuella Debora Horota
47
Gede Rama Agus Sandiasa
48
Air Langga Kristiawan
49
Muhammad Gagah Pribadi
50
I Putu Krisna Yudi Pratama
51
Andrean Aldianto
52
Tomy Wirawijaya Simanjuntak
53
Si Luh Ayu Pawitri
54
I Gusti Ngurah Rai Dwipayana
55
Dewi Afifah
56
    DIAN PAKARTI    



KELOMPOK 4
No
Nama
1
Ni Made Juniantari
2
Ade EvitaArvianti
3
I WayanMeiditaAnanda
4
ElmiAchmadBaykhaqi
5
Ida AyuPradnyaParamitha
6
PutuTrisnaMarmika
7
NovianaAstrinDewanny
8
Ni NengahAYu Sri Jati
9
ZuraAnisUrbaningrum
10
Komang Tri UtariDewi
11
RAMADHANNI SAPUTRO
12
NI KADEK  VIONITA PERTIWI
13
NI KADEK AYU KRISMA AGNESWARI
14
DWI RIANAWATY
15
Putu Pradnya Pramesti Arsa
16
Lintang Cahyaning Wahyu Pratiwi
17
Diandra Annisa Makalam
18
Wayan Davadylan Julio Prasadhana
19
Miranda Elfanita Sihono
20
Ni Kd Anjani Sadeva Devi
21
Anisha Rahma Siswanto Putri
22
Maranatha Christianing Siahaan
23
Ni Luh Indah Megayanti 
24
Ni Kadek Sri Rejeki
25
Yusningtyas
26
Nelva Marinencia Dias Ximenes Halle
27
Made Cynthia Paramitha
28
Ni KomangRatnaWidyantari
29
Arva Salsa Ramadhanty
30
ZaibZakariaMannakari
31
Ida AyuTirtaPurnamaNingsih
32
Ivo Valensio Weston Sitinjak
33
I KomangBagusKrisnaBhaskara
34
I Putu Surya AdhiPradana Putra
35
Yoga Sathya Mandala Giri Putra
36
NI MADE AYU MITA ANGGAYASTI A
37
GUSTI AYU YOGIANA PRABASWARI
38
IMRIATUN MUCHLISOH
39
PUTRIANA SEVTY VANNY QORRI’AH
40
GDE DARMA SETIAWAN
41
MUHAMMAD ARIO BIMO PRATAMA
42
KOMANG MULIA DARMAWAN
43
    SANRIO ELDIO     
44
Mat Sahri
45
Luh Putu Sunetri Dewi
46
Ni Ketut Lola Agnes Arijesni
47
Dewa Putu Wahyu Krisna Adhi
48
I Putu Angga Suryawan
49
Reynaldo Gabriel Sanjaya
50
Antonius Fernando Saragih
51
I Putu Indra Klinsmanata Pinatih
52
Ida Bagus Nyoman Baskara Punia Manuaba
53
Komang Bagus Dana Prawira
54
Intan Permatasari
55
     GABRIEL TARIHORAN   

Share:

Search This Blog

Translate

Dept. Media Kreatif BEM FISIP UNUD. Powered by Blogger.