MAHASISWA: THE AGENT OF CHANGE
Senin, 26 Mei 2014
Belajar politik sangat identik dengan “sejarah”. Melalui sejarah pula
kita dapat mengetahui serta memetik manfaat dari beberapa pergerakkan pemuda dan mahasiswa yang mampu
mengubah struktur politik di Indonesia. Sebut saja pergerakkan Budi Utomo pada
tahun 1908, peristiwa Sumpah Pemuda pada tahun 1928, pada tahun 1945 pemuda
ikut serta dalam merumuskan kemerdekaan, serta aksi-aksi bersejarah lainnya.
Tahun 1988 merupakan puncak aksi yang dilakukan oleh mahasiswa untuk
menurunkan rezim Soeharto. Aksi ini juga menjadi bukti bahwa selama masa
kepemimpinannya, setiap kebijakan yang dibuat Soeharto tidak memberikan
implikasi besar terhadap kesejahteraan rakyat. Tentu, dalam melakukan aksi,
mahasiswa atau masyarakat harus memiliki suatu alasan pasti dalam melakukan
aksi tersebut, bukan hanya sekedar menyuarakan pendapat tanpa dibarengi dengan
tanggung jawab serta tujuan untuk menghantarkan Indonesia kearah yang lebih baik.
Pada era reformasi, aksi mahasiswa mulai kehilangan arah dan tidak
memiliki tujuan yang jelas. Saat ini masyarakat seakan-akan dininabobokan oleh
pemerintahan Indonesia yang terkesan pro rakyat, atau bisa jadi masyarakat saat
ini lebih memilih mengambil sikap acuh tak acuh terhadap pemerintahan yang
sudah terlanjur mendapatkan predikat buruk dimata masyarakat Indonesia. Setelah
reformasi, banyak yang beranggapan kehidupan telah merdeka dan nyaman, padahal
kesadaran pemuda dan mahasiswa masih kurang untuk memperhatikan kesejahteraan masyarakat.
Miniminya pergerakkan mahasiswa saat ini tidak bisa hanya dilihat melalui
satu perspektif saja. Jika dilihat lebih dalam lagi, pemerintah juga berperan
terhadap pasifnya pergerakkan mahasiswa saat ini. Tidak dapat dipungkiri, saat
ini mahasiswa kebanyakan dicekoki dengan berbagai macam tugas dan kegiatan di
dalam kampus, sehingga membuat konsentrasi dan pikiran mahasiswa hanya tertuju
pada tugas-tugas yang menumpuk ditambah lagi keinginan mereka untuk cepat lulus
dan mendapatkan pekerjaan. Tidak salah memang, namun apakah wajar jika
mahasiswa hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan lingkungan
sekitarnya terlebih lagi dinamika politik saat ini. Perlu waktu khusus yang
harus diluangkan oleh mahasiswa untuk ikut serta mengontrol berbagai macam
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, sesuai dengan Tri Dharma Perguruan
Tinggi.
Tentu saja, aksi mahasiswa bukan hanya dipenuhi dengan aksi demonstrasi
dengan turun kejalan meminta keadilan dari kebijakan yang diberlakukan oleh
pemerintah, namun bagaimana mahasiswa mampu berpikir kritis menanggapi segala
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dengan menumpahkan aspirasi dan
apresiasinya melalui tulisan. Sebagai mahasiswa, sudah sepatutnya kita lebih
tanggap terhadap keadaan serta permasalahan yang terjadi di negeri kita ini.
Apabila dalam pengimplementasian kebijakan, ternyata pemerintah tidak
menjalankan kebijakan sesuai aturan dan tidak ada transparansi kebijakan
terhadap masyarakat, maka mahasiswa wajar berkumpul untuk bersama-sama
mengambil keputusan dan berdemonstrasi dengan baik.
Tragedi Tri Sakti dan pergerakkan mahasiswa lainnya sudah selayaknya
dijadikan sebagai pondasi pemuda dalam mengkritisi dan mengontrol kebijakan
pemerintah. Maka dari itu perlu ditingkatkan kembali kesadaran mahasiswa
melalui forum diskusi dan pendalaman sejarah pergerakan pemuda dan mahasiswa
melalui masa orientasi mahasiswa. Apabila pemuda negeri ini mampu bersatu
dengan rasa solidaritas yang tinggi serta memiliki rasa cinta terhadap tanah
air, tentu akan tercipta generasi yang gemilang dan mengubah karakter bangsa
menjadi lebih baik.